RSS

JANGAN LUPAKAN SEJARAH !!! (1)

07 Jan

 

Sebagai negara dengan umat muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki hubungan dengan Arab Saudi. Kenyataannya, hubungan antara dua negara ini semakin erat. Kita dan Arab Saudi  saling memberi dan menerima jasa dari satu sama lain, tidak pernah ada habisnya dan terus berkembang. Misalnya saja, sebagian besar devisa Arab Saudi berasal dari masyarakat Indonesia yang melaksanakan ibadah haji dan umroh, sebaliknya meeka membuka banyak lapangan kerja di sana bagi pekerja asal Indonesia, Indonesia mengekspor minyak dari sana, dan berbagai kerja sama lainnya.

Hubungan antara Indonesia dan Arab Saudi berawal dari kedatangan pedagang dan ulama Indonesia pada abad ke-13. Kemudian pada awal abad ke-20, rakyat Indonesia mulai melaksanakan ibadah haji ke Mekkah. Jumlah umat muslim Indonesia yang melaksanakan ibadah haji pun terus meningkat setiap tahunnya. Hingga akhirnya pada tahun 1950 mereka resmi melakukan hubungan diplomasi. Sejak saat itu, Arab Saudi menjadi sahabat Indonesia yang tidak segan dalam memberi.

Mengakui Kemerdekaan Indonesia

 

[Image Source]Arab Saudi memang tidak berperan secara langsung dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Namun mereka adalah salah satu negara yang segera mengakui kemerdekaan bangsa kita. Ini sangat berarti karena jika tidak ada yang mau mengakui kemerdekaan Indonesia, bisa jadi penjajah merasa bahwa kepulauan ini masih milik mereka. Saat itu nama Indonesia belum ada dalam peta, masih berupa kepulauan tanpa nama. Mendengar ada saudara muslim yang tengah memperjuangan kemerdekaan di sini, mereka pun memberikan dukungannya bersama negara-negara Islam yang lain.

Bantuan Saat Bencana

Kargo berisi bantuan untuk korban gempa dari Arab Saudi [Image Source]Masih ingat dengan bencana besar Tsunami yang menghantam Aceh hingga seluruh Indonesia berduka? Dalam situasi yang terpuruk itu, negara yang sigap membantu adalah Arab Saudi. Kucuran dana, bantuan sosial hingga support di bidang infrastruktur sangat menolong Aceh yang tengah lumpuh saat itu. Arab Saudi adalah salah satu negara yang sering memberikan bantuan bilamana Indonesia

Menampung 1,3 Juta TKI

Alm. King Abdullah membebaskan beberapa TKI yang akan dihukum mati [Image Source]Apa jadinya jika Arab Saudi tidak mau menerima pekerja asal Indonesia?  Meskipun beberapa kebijakan mereka bikin batin kita nyut-nyutan karena hukuman mati yang dijatuhkan pada beberapa pekerja Indonesia, tapi kita tetap harus berterima kasih karena mereka turut berperan dalam kesejahteraan rakyat Indonesia. Terutama para pahlawan devisa negara, yang notabene berasal dari kalangan rakyat kelas bawah. Lagipula, hanya sedikit sekali pekerja yang terjerat kasus hukum. Sebagian besar lainnya bekerja di sana dengan aman dan sejahtera.

Beasiswa pada Pelajar Indonesia

Mahasiswa Indonesia di Arab Saudi [Image Source]Selama beberapa tahun terakhir, Arab Saudi telah mengirimkan sejumlah pengajarnya ke Indonesia. Mereka juga membuka beasiswa bagi pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan ke sana. Sejumlah universitas ditunjuk untuk mnerima pelajar Indonesia yang dibiayai pemerintah Arab Saudi seperti Universitas Sains dan Teknologi King Abdullah, Universitas King Abdul Aziz, dan Universitas Umm Al-Qura.

Baru-baru ini Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Arab Saudi menambah kuota haji dari Indonesia. Ini untuk membantu umat muslim yang harus mengantre lama demi dapat menginjakkan kakinya di tanah suci.

Sejak jaman Soekarno, Indonesia dan Arab Saudi memang menjalin hubungan baik. Selain karena warganya sama-sama mayoritas pemeluk agama Islam, juga karena kontribusi satu sama lain yang menguntungkan.

 

https://i0.wp.com/arabindonesia.com/wp-content/uploads/2015/08/Rumah-Bung-Karno-Jl-Pegangsaan-Timur-56-Jakarta.jpg

Faradj Martak dan Rumah Proklamasi Kemerdekaan

FARADJ MARTAK DAN RUMAH PROKLAMASI

BUNG KARNO Membacakan Teks Proklamasi di di rumah beliau, di Jl. Pegangsaan Timur 56, yang dibelikan Faradj Martak

Sudah puluhan tahun berlalu sejak Bung Karno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 di rumah kediaman beliau di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini. Tapi, nyaris tak ada yang tahu: siapa yang membelikan rumah tersebut untuk menjadi kediaman Bung Karno?

Rumah bersejarah yang menjadi tonggak awal berdirinya negara Republik Indonesia ini ternyata dibeli oleh seorang saudagar besar keturunan Arabbernama Faradj bin Said Awad Martak, President Direktur N.V. Alegemeene Import-Export en Handel Marba.

Rumah di Jl. Pegangsaan Timur 56, Cikini Jakarta yang kemudian menjadi rumah bersejarah Bangsa Indonesia, rumah yang pernah di huni oleh Presiden pertama republik ini, rumah yang kemudian dijadikan tempat Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, ada dan resmi menjadi milik Bangsa Indonesia adalah berkat usaha dan jasa besar Faradj bin Said Awad Martak, President Direktur N.V. Alegemeene Import-Export en Handel Marba.
Surat Penghargaan Pemerintah untuk Faradj Martak

Atas jasanya itu, pemerintah RI kemudian memberinya ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Faradj bin Said Awad Martak. Ucapan tersebut disampaikan secara tertulis atas nama Pemerintah Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1950, yang ditandatangani oleh Ir. HM Sitompul selaku Menteri Pekerdjaan Umum dan Perhubungan Republik Indonesia.

Dalam ucapan terima kasih tersebut juga disebutkan bahwa Faradj bin Said Awad Martak juga telah membeli beberapa gedung lain di Jakarta yang amat berharga bagi kelahiran negara Republik Indonesia.

Rumah bersejarah di Jl. Pegangsaan Timur 56, Cikini Jakarta itu sayangnya kini musnah tanpa jejak karena dirobohkan atas permintaan Bung Karno sendiri pada 1962. Di atasnya kemudian dibangun Gedung Pola, dan tempat Bung Karno berdiri bersama Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI itu lalu didirikan monumen Tugu Proklamasi. Dan sejak itulah jalan Pegangsaan Timur berubah menjadi Jalan Proklamasi.

Faradj bin Said Awad Marta adalah saudagar terkemuka di Jakarta (dulu Batavia) sejak zaman kolonial Belanda hingga era kemerdekaan. Ia kelahiran Hadramaut, Yaman Selatan. Anaknya, yang menjadi penerus kerajaan bisnisnya dulu adalah Ali bin Faradj Martak, yang dikenal dekat dengan Bung Karno.

RUMAH BUNG KARNO di Jl. Pegangsaan Timur 56 yang dibelikan oleh Faradj Martak

Beberapa aset miliknya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah bangsa Indonesia. Salah satunya adalah Hotel Garuda, di Jogjakarta. Gedung MARBA di kota lama Semarang juga merupakan salah satu jejaknya. MARBA sendiri adalah singkatan dari Martak Badjened (Marta Badjunet), perusahaan yang dirintisnya bersama keluarga fam Badjened yang sama-sama berasal dari Hadramaut.*

BERSAMBUNG

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Januari 7, 2018 inci Sejarah

 

Tinggalkan komentar