RSS

UNTUK APA DI KEBIRI ?

07 Feb

Agaknya kebiri merupakan momok sangat menakutkan bagi lelaki. Kisah-kisah zaman silam tentang pengebirian terhadap budak lelaki atau castrated menjadi sesuatu yang sangat mengerikan di zaman modren. Kendati nyaris tidak pernah terdengar lagi adanya pengebirian, namun segala sesuatu yang berkenaan dengan upaya sterilisasi semacam vasektomi, langsung dianggap sama dengan kebiri.
Sejarah pengebirian terjadi sudah lebih dari 4.000 tahun silam. Catatan yang ada menyebutkan, pengebirian dengan sengaja berasal dari Kota Lagash di Sumeria (Asiria). Mereka yang dikebiri umumnya budak lelaki. Selanjutnya mereka biasa disebut kasim atau dalam bahasa Inggris eunuch, kehilangan kesuburannya (castrated) karena perangkat biologis untuk kepentingan pembuahan dibabat habis.
Para kasim ini biasa tampil di istana kaisar-kaisar Akhemenid dari Persia atau Firaun dari Mesir. Keberadaan mereka sama pentingnya dengan harem-harem yang didatangkan dari berbagai penjuru daerah. Jumlah mereka separuh dari jumlah harem yang ada. Perbandingannya satu kasim menjaga beberapa harem. Mereka menjadi pelayan, seperti membereskan tempat tidur, memandikan harem, memotong rambutnya.
Di Tiongkok kuno, pengebirian merupakan salah satu bentuk hukuman tradisional (hingga Dinasti Sui) dan sarana untuk mendapatkan pekerjaan di kalangan istana kaisar. Ketika Dinasti Ming berakhir tahun 1644, tercatat ada 70 ribu orang kasim di istana kaisar. Sementara di beberapa tempat lain, pengebirian dilakukan karena kepercayaan terhadap sekte. Seperti para pengikut Sekte Skoptzi dari Rusia pada abad ke-18. Anggota-anggotanya menganggap pengebirian sebagai cara untuk menolak dosa-dosa jasmani.
Vasektomi Phobia

Sekian ribu tahun kemudian, praktik pengebirian itu sudah tidak terdengar lagi. Bagian belakang Istana Sultan Ottoman di Istambul, Turki yang dulunya merupakan kamar-kamar bagi para harem, saat ini tak lebih dari sebuah museum. Praktik poligami lebih dari empat istri, sudah tidak populer lagi. Raja pun cukup memiliki satu permaisuri. Kalau pun ada wanita lain, sifatnya perselingkuhan. Ruangan khusus untuk para selir, sudah tidak ada lagi. Maka keberadaan kasim juga sudah hilang.
Namun, ketakutan tentang pengebirian masih saja terjadi. Di Indonesia, upaya pengendalian angka kelahiran yang disebut Keluarga Berencana (KB), hanya populer bagi kaum perempuan. Tawaran ber-KB bagi pria kurang mendapat sambutan.
Sejauh ini ada dua jenis kontrasepsi untuk pria, penggunaan kondom dan vasektomi. Penggunan kondom sudah lebih mengemuka, namun vasektomi masih menjadi sesuatu yang sulit. Masalahnya ya itu tadi, ketakutan tentang sterilisasi permanen akibat vasektomi karena pemahaman yang mengindentikkan vasektomi dengan kebiri. Selain itu pemahaman yang keliru seperti anggapan vasektomi dapat membuat impoten, menurunkan libido, membuat pria tidak bisa ejakulasi, atau vasektomi merupakan tindakan operasi yang menyeramkan.
Vasektomi sebenarnya merupakan proses pemisahan saluran sperma kiri dan kanan, saluran benih dikeluarkan sekitar satu sentimeter dan dipotong. Saluran benih pada pria fungsinya membuahi sel telur wanita, dengan vasektomi saluran benih ini dihambat. Artinya perangkat penis masih tetap utuh dan dapat berfungsi normal, kecuali membuahi sel telur.
Hal ini tentu berbeda sekali dengan kebiri yang sifatnya amputasi, yakni pembuangan buah zakar atau testis sehingga tidak dapat lagi memproduksi sperma dan hormon testosteron (kejantanan). Pada vasektomi testis tidak dibuang, jadi tetap dapat memproduksi hormon testosterone. Malahan jika dipandang perlu, proses normalisasi masih bisa dilakukan dalam sebuah operasi kecil berlangsung sekitar 15 menit saja.
Dihadang Paradigma
Angka-angka statistik yang ada menunjukkan, sejak program KB digalakkan di Tanah Air pada tahun 1971, perempuan mendominasi sebagai akseptor. Bisa jadi karena perempuan memang menjadi target utama pada waktu itu. Namun hingga sekarang dominasi itu tidak berubah. Padahal partisipasi pria juga sangat diharapkan.
Jika kemudian Walikota Tebing Tinggi Abdul Hafiz Hasibuan menerima Satya Lencana Wira karya dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono karena keberhasilan daerahnya mendapatkan akseptor KB pria baru, maka mestinya upaya yang dilakukan teramat sangat maksimal. Tebing Tinggi membukukan catatan 225 orang akseptor KB pria baru pada semester pertama tahun 2008 padahal target hanya 120 akseptor KB pria baru. Bandingkan dengan kondisi Medan yang tidak mendapatkan satu akseptor pria pun, padahal beberapa Puskesmas menyediakan layanan KB gratis.
Tentu ada beberapa persoalan yang menjadi hambatan. Sosialisasi yang tidak se-intens tahun 1970 dan 1980-an tentu menjadi salah satu penyebab. Namun, sekiranya pun pemahaman tentang kontrasepsi pria ini dapat tersosialisasikan, termasuk vasektomi itu sendiri, masih ada persoalan lain, paradigma yang sudah mengakar. Ada kesulitan dalam mengubah paradigma yang berkaitan dengan budaya patriarki, yakni peran pria demikian besar ketimbang wanita. Dengan demikian sesuatu yang berkenaan dengan mengubah atau mengurangi kemampuan pria, walau bersifat semu, akan berhadapan dengan stigma tersebut.
Nah kemudian, ganjalan kecil juga terjadi berkaitan dengan tabu. Merupakan aib untuk menunjukkan alat kelamin kepada kecuali pasangan untuk melakukan hubungan sex. Memang ada pengecualian khusus jika berkaitan dengan perawatan medis untuk penyakit semacam disfungsi ereksi maupun penyakit yang berkenaan dengan kantung kemih. Namun jika opsinya mendatangi dokter khusus untuk vasektomi, maka lebih baik menggunakan kontrasepsi kondom. Itulah sebabnya mengapa pemakaian kondom menjadi pilihan utama bagi akseptor KB pria. Berbeda dengan akseptor perempuan yang punya pilihan pil, suntik, IUD, susuk maupun tubektomi.
Mencegah Baby Boomers
Jika paradigma dan stigma yang menjadi ganjalan dalam upaya menggalakkan akseptor KB pria tidak berhasil ditanggulangi, sama artinya program Keluarga Berkualitas 2015 yang dicanangkan sudah diambang kegagalan. Estimasi jumlah penduduk tidak lebih dari 250 juta jiwa akan jauh dari harapan. Malah muncul kekhawatiran tahun 2015 Indonesia justru mengalami efek baby boomers.
Baby Boomers merupakan sebutan untuk mereka yang lahir pada kurun 1945-1964. Sebutan ini muncul karena pasca perang dunia kedua, orang-orang Kanada, Amerika, Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya, seperti berlomba membuat anak sehingga angka kelahiran mencapai hampir 75 juta jiwa. Tak ubahnya seperti ledakan bom.
Indonesia dengan situasi sekarang ini akan sangat tidak efisien jika memiliki lebih banyak penduduk. Tingkat kemiskinan belum turun seperti yang diharapkan, sektor lapangan pekerjaan menurun, sementara indikator-indikator ekonomi berjalan di tempat. Jika ledakan penduduk terjadi, maka masalah-masalah ekonomi dan sosial akan semakin meningkat. Situasi seperti ini tentu tidak diharapkan.
Untuk mengatasi persoalan ini, maka kampanye yang terus-menerus harus dilakukan. Harus diuapayakan untuk mengulang sukses Program KB era tahun 1980-an yang berhasil menekan angka kelahiran dari 5,6 bayi per wanita subur, menjadi 2,6 anak per wanita usia subur.
Pria memang harus dikedepankan dalam mengatasi potensi masalah ini. Jika vasektomi tidak begitu menyenangkan bagi kaum pria, maka harus diciptakan terobosan teknologi medis lainnya dalam upaya mencegah kehamilan guna menjarangkan kelahiran. Apakah dengan menggunakan hormon seperti yang layaknya digunakan akseptor KB perempuan, implant, suntik atau pil. Selain itu bisa pula memasyarakatkan penggunaan obat herbal semacam tumbuhan gendarussa (Gendarussa vulgaris nee) yang diketahui berpotensi sebagai kontrasepsi alami bagi pria. Tentu saja, proses pengebirian bukan salah satu opsi yang harus diambil.

ORANG2 KASIM TERKENAL & BERPENGARUH DALAM SEJARAH

Orang kasim adalah laki2 yang dikebiri (castrated) alias kehilangan kesuburannya karena buah pelirnya (dan penisnya) telah dibuang. Dalam bahasa Inggris, orang kasim disebut eunuch, dari kata dalam bahasa Yunani, eune (“tempat tidur”) dan ekhein (“menjaga”). Jadi kata ini berarti “penjaga tempat tidur”.

Tujuan para hamba atau budak dikebiri adalah untuk dijadikan pelayan. Walau pekerjaan domestik yang mereka lakukan tampaknya rendah, seperti membereskan tempat tidur, memandikan raja, memotong rambutnya, membuang kotorannya atau bahkan menyampaikan pesan-pesan untuk raja; mereka sangat berpengaruh kepada raja.

Singkatnya, mereka berfungsi sebagai “telinga raja”, dan karenanya dapat memberikan kekuasaan kepada hamba yang rendah namun dipercaya. Mereka umumnya berasal dari keluarga yang rendah dan memulai jabatannya sebagai hamba yang mengawal pintu masuk ke ruang belajar seorang pejabat. Dari situ banyak yang kemudian berhasil menduduki jabatan-jabatan penting.

Orang kasim biasanya dianggap tidak mempunyai loyalitas kepada militer, kaum bangsawan, ataupun keluarganya sendiri (karena mereka tidak mempunyai keturunan ataupun keluarga ipar), dan karena itu biasanya dianggap lebih dapat dipercaya dan tidak mempunyai kepentingan untuk membangun ‘dinasti’-nya sendiri.

Karena kondisi mereka biasanya membuat status mereka rendah, mereka pun dapat dengan mudah digantikan atau dibunuh tanpa menimbulkan kehebohan. Dalam kebudayaan yang mempraktikkan harem dan orang kasim, mereka kadang-kadang digunakan sebagai pelayan harem (dibanding kaum perempuan sebagai pengawal odalisque atau seraglio).

 
3 Komentar

Ditulis oleh pada Februari 7, 2011 inci Uncategorized

 

3 responses to “UNTUK APA DI KEBIRI ?

  1. ari

    Januari 6, 2012 at 12:27 pm

    thanks infonya,,,,lumayan menginsight
    boleh tau sumber pustakanya? masalahnya saya juga punya tugas terkait permasalahan pengebirian,,,

     
  2. rio gonzales

    Mei 1, 2012 at 7:04 pm

    infonya menarik…

     
  3. ari

    Mei 13, 2012 at 2:19 pm

    aku ingin dikebiri, biar bisa pakai G string tanpa terlihat ngejendol

     

Tinggalkan komentar